Komplex Pondok Pesantren Imam Bonjol Tegal Rejo no.18,Krajan - Ketindan Malang
+62 812 6144 915
alqosas47@gmail.com
Hijab Dalam Hati
AlQuran sinar Allah yang Allah turunkan kedalam hati sebagai cahaya dan pembeda diantara hati manusia yang kafir dan lalai terhadap perkataan-Nya.
Oleh: Ustadz Mashudi Abu Haidar Abdurrahim,LC
Seri Daurah Intensif 

AlQuran sinar Allah yang Allah turunkan kedalam hati sebagai cahaya dan pembeda diantara hati manusia yang kafir dan lalai terhadap perkataan-Nya.


Maka tiada ada pertemuan antara orang yang memahami AlQuran dengan keilmuan selainnya.

Bismillahirrahmanirrahim.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Surah Al-Isra’ ayat 45:

وَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ جَعَلْنَا بَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ حِجَابًا مَّسْتُوْرًاۙ ۝٤

"Wa idzā qara’tal-qurāna jaalnā baina-ka wa baina-l-ladzīna lā yu`minūna bil-ākhirati ḥijābam masṭūrā."

Artinya : "Dan apabila kamu (Muhammad) membaca Al-Qur’an, Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat suatu hijab (penghalang) yang tertutup."

(QS. Al-Isra’ [17]: 45)

Ayat ini menegaskan bahwa tidak setiap hati memiliki kemampuan untuk menerima cahaya Al-Qur’an. Ada hijab, ada dinding batin, yang menjadikan seseorang tidak dapat memahami dan merasakan kedalaman makna wahyu. Bahkan meski Al-Qur’an dibacakan langsung oleh Rasulullah SAW, tetap saja tidak semua orang tergerak hatinya—karena hati mereka telah tertutup oleh pengingkaran terhadap akhirat.

Al-Qur’an: Pembeda Hati

Al-Qur’an bukan hanya kitab suci, melainkan juga pembeda hati. Ia menjadi pemisah antara hati yang hidup dan hati yang mati. Antara mereka yang memahami makna hidup berdasarkan petunjuk Allah dan mereka yang hanya menjalani rutinitas tanpa arah akhirat. Sebagaimana cahaya yang memisahkan terang dan gelap, demikian pula Al-Qur’an membedakan hati manusia.

Hati yang kosong dari petunjuk menggambarkan kondisi batin seseorang yang jauh dari pemahaman terhadap Al-Qur’an. Dua orang bisa sama-sama memiliki hati, tetapi perbedaan akan sangat kentara—yang satu bercahaya dengan ilmu dan petunjuk, yang lain gelap meski sibuk bicara. Kekosongan itu bukan karena tak mampu, tetapi karena tertutup oleh hijab yang Allah pasang akibat pilihan hidupnya sendiri.

Hijab yang Allah sebutkan bukan berupa tembok fisik, tetapi berupa penghalang batiniah—bisa berupa kesombongan, kedurhakaan, atau keengganan menerima kebenaran. Allah sendiri yang meletakkan hijab itu sebagai akibat dari keingkaran manusia terhadap hari akhir.

Kemuliaan Orang yang Memahami Qur’an

Siapakah orang yang paling mulia? Bukan yang paling kaya, bukan pula yang paling berkuasa, melainkan orang yang memahami Al-Qur’an. Karena hanya dengan memahami Al-Qur’an, manusia mampu melihat rancangan besar kehidupan, rahasia makna penciptaan, dan tujuan akhir keberadaan. Mereka melihat bukan hanya dengan mata, tetapi dengan cahaya dari Allah yang menerangi jalan.

Allah memberikan cahaya itu—bukan kepada sembarang orang—melainkan kepada hati-hati yang ikhlas, rendah hati, dan terbuka menerima kebenaran. Mereka adalah hamba-hamba pilihan yang dijadikan terang di tengah kegelapan zaman.

Rasulullah SAW dan Cahaya Al-Qur’an

Rasulullah SAW adalah manusia yang hatinya paling bersih dan paling terbuka terhadap Al-Qur’an. Beliau menjadi pusat cahaya, bukan hanya karena membacakan wahyu, tetapi karena hidup beliau adalah cerminan isi Al-Qur’an.Cahaya yang beliau bawa menjadikan kemuliaan hidup bukan hanya milik beliau, tetapi juga siapa pun yang mengikuti jalan beliau.

Maka, siapa pun yang ingin hidupnya penuh makna, penuh arah, dan penuh cahaya—hendaklah ia menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat kehidupannya. Jangan biarkan hati kita menjadi bagian dari hati yang terhijab dari Al-Qur’an.

Penutup: Menembus Hijab Batin

Hijab dalam hati bukanlah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat ditembus.

Allah Maha Pengampun. Siapa yang kembali kepada-Nya dengan hati yang rendah, bersih, dan ikhlas—maka hijab itu akan disingkap. Al-Qur’an akan masuk dan memberi cahaya baru dalam hidup.


Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mencintai kitab ini, mempelajarinya dengan hati, dan menjadikannya petunjuk di dunia yang penuh tipu daya.

Biarlah cahaya Al-Qur’an menjadi pembeda, bukan hanya di antara manusia, tetapi di antara hati kita yang lama dan hati kita yang baru—yang hidup kembali karena cahaya dari Rabb-nya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.